Preview Film "Kita vs Korupsi"

Wacana ini ditujukan kepada Bapak Aries untuk melengkapi tugas yang sudah diberikan.


Kita vs. Korupsi

Rumah Perkara 

Seorang lurah di suatu desa berjanji dengan menyebutkan kata "demi Allah" akan memsejahterakan warganya dari segala apapun. Janji-janji yang ia ucapkan semua hanya bualan semata. Tahun demi tahun ia lewati sebagai seorang lurah, hingga ada sebuah proyektor pembangunan perumahan beserta fasilitasnya. Separuh dari warga sudah meninggalkan rumah mereka karena tanah yang mereka tempati sudah dijual ke pembuat perumahan. Namun, ada satu rumah yang belum ditinggalkan, karena ia tidak mau menjual tanahnya kepada si pembuat perumahan. Ia seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Lurah itu sudah berjanji akan melindungi rumah dan janda itu apapun yang terjadi, namun lurah itu sudah tidak memikirkannya lagi, karena ada iming-iming uang yang iya terima.

pandangan saya : jangan suka berjanji-janji bila kita belum tentu menjalankannya, lurah yang ada di atas memang sangat kejam- iya sudah berjanji kepada warganya akan mensejahterakan warganya, namun apa yang terjadi setelanya? ia tidak menepati janji untuk tidak akan ada yang menempati desa nya tersebut.

Aku Padamu

Seorang guru honorer di sebuah sekolah dipecat karena tidak memberikan uang "Tip" kepada kepala sekolah untuk menjadi guru tetap disekolah tersebut. semangat guru itu pun tak pudar, ia rela ditertawakan orang lain karena dandanan badut nya untuk mengajar anak murid di bawah pohon rindang. salah satu muridnya ialah anak kepala sekolah. anak kepala sekolah itu sekarang sudah dewasa dan akan melakukan pernikahan dengan pacarnya, namun tiba sampai ke KUA mereka di persulit dan calo menawarkan jalan belok dari jalan lurus, namun mereka menolak tawaran calo itu dan menuju jalan yang lurus.

pandangan saya : perintah tuhan saja bisa dijadikan korupsi, apalagi hal-hal yang kecil. jangan dilihat dari keuangan, tapi dilihat dari prestasi yang seseorang raih. guru yang dengan keinginannya mengajar dengan suka hati pun di tolak untuk menjadi guru tetap, karena tidak memberi uang tip kepada atasannya/kepala sekolah. begitu juga dengan calo. hal kecil bisa menjadi besar ketika kita mulai melakukan hal kecil itu. ini memang sangat tidak patut di contoh.

Selamat Siang Risa!

Seorang lelaki yang dengan tegap pada pendiriannya menolak uang sogokan untuk proses kecurangan di negara yang sedang krisis beras. beras yang sesungguhnya sangat mudah ditemukan, di kordinir oleh orang-orang curang. walau ia sedang membutuhkan uang, namun ia tetap pada pendiriannya menolak karena itu perbuatan jahat dan memang pekerjaan itu lah tanggung jawabnya. kini anaknya sudah dewasa, perilaku mereka sama, sama-sama menolak perbuatan yang tak seharusnya dilakukan, yaitu menerima uang sogokan. ia melihat beberapa uang sogokan berada di lingkungan sekitar, seperti uang sogokan polisi dll. padahal masih banyak orang yang membutuhkan perhatian lebih.

pandangan saya : saya sangat ingin mencontoh perilaku seorang pekerja yang tetap pada tanggung jawabnya untuk menolak uang sogokan walau ia sedang kesusahan.

Psssttt.. Jangan Bilang Siapa-Siapa

Anak muda zaman sekarang sudah tidak diragukan lagi perilakunya. Dengan segala alasan, mereka meminta uang kepada orang tua dengan uang yang di lebih-lebihkan. Guru di film ini juga turut menyelipkan uang buku yang memang uangnya tidak segitu jumlahnya. satu buku di jual dengan harga mahal, namun harga bukunya lebih murah 2x lipat. hal yang menurut mereka sangat kecil, namun sangat berdampak kepada masa depan mereka. korupsi sudah merajalela, dan kalangan kecil maupun besar.

pandangan saya : tidak seharusnya kita membohongi orang tua yang sudah bersusah payah mencari uang demi menyekolahkan kita, tetapi kita meminta uang untuk membeli keperluan pendidikan dengan jumlah yang  tidak seharunya. itu tidak pantas di contoh bagi kalangan muda saat ini.



Lukman Nurhakim
FKIP/ Pendidikan Bahasa Inggris
Semester 1/D
031112005


0 komentar:

Posting Komentar

Visitor

Translate

Popular Posts

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Lukmanbums Culture

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger